Jumat, 04 Desember 2015

Abu Musa Jabir bin Hayyan - Ilmuwan Kimia Islam





Abu Musa Jabir bin Hayyan, atau juga dikenal sebagai Geber, adalah seorang tokoh Muslim polymath : ahli kimia dan alkemis, astronom dan astrolog, insinyur, ahli geografi, filsuf, fisikawan, apoteker, serta dokter. Beliau diperkirakan lahir pada tahun 750 dan wafat pada tahun 803.
Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.


Penemuan

Beberapa penemuan Jabir Ibn Hayyan diantaranya adalah: asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, teknik distilasi dan teknik kristalisasi. Dia juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas.

Jabir Ibn Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia ke dalam proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca.

Jabir Ibn Hayyan juga pertama kali mencatat tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.

Jika kita mengetahui kelompok metal dan non-metal dalam penggolongan kelompok senyawa, maka lihatlah apa yang pertama kali dilakukan oleh Jabir. Dia mengajukan tiga kelompok senyawa berikut:
1.    “Spirits” yaitu senyawa yang menguap ketika dipanaskan, seperti arsen dan amonium klorida.
2.    “Metals” yaitu senyawa seperti emas, perak, timbal, tembaga, dan besi.
3.    “Stones” yaitu senyawa yang dapat dikonversi menjadi bentuk serbuk.

 “The first essential in chemistry, is that you should perform practical work and conduct experiments, for he who performs not practical work nor makes experiments will never attain the least degree of mastery.” (Jabir Ibn Hayyan)

Pada abad pertengahan, penelitian-penelitian Jabir tentang alchemy diterjemahkan kedalam bahasa Latin, dan menjadi textbook standar untuk para ahli kimia Eropa. Beberapa diantaranya adalah Kitab al-Kimya (diterjemahkan oleh Robert of Chester – 1144) dan Kitab al-Sab’een (diterjemahkan oleh Gerard of Cremona – 1187). Beberapa tulisan Jabir juga diterjemahkan oleh Marcelin Berthelot ke dalam beberapa buku sebagai berikut: Book of the Kingdom, Book of the Balances, dan Book of Eastern Mercury. Beberapa istilah teknik yang ditemukan dan digunakan oleh Jabir juga telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah di dunia internasional, seperti istilah “alkali”, dan sebagainya.


Kehidupan

Jabir adalah seorang filsuf alam yang tinggal sebagian besar di abad ke-8 di Tus, Khurasan, Persia. Jabir dalam sumber-sumber klasik berbeda sebagai al-Azdi al-Barigi atau al-Kufi atau al-Tusi atau al-Sufi.  Ada perbedaan pendapat apakah ia adalah seorang Persia dari Khurasan yang kemudian pergi ke Kuffah atau apakah ia berasal dari Suriah dan kemudian tinggal di Persia dan Irak. Latar belakang etnisnya tidak jelas, tetapi kebanyakan sumber referensi mengungkapkan dia sebagai seorang Persia. Dalam beberapa sumber, dia dilaporkan merupakan anak Hayyan al-Azdi, seorang apoteker dari suku Arab Azd yang beremigrasi dari Yaman ke Kuffah (sekarang Irak) selama masa Khilafah Umayyah. Jabir menjadi seorang alkemis di istana Khalifah Harun al-Rasyid. Ia menulis Kitab al-Zuhra.
Hayyan telah mendukung pemberontakan Abbasiyah melawan Bani Umayyah, dan dikirim oleh mereka ke provinsi Khorasan (sekarang Afghanistan dan Iran) untuk mengumpulkan dukungan bagi perjuangan mereka. Dia akhirnya ditangkap oleh Bani Umayyah dan dieksekusi. Keluarganya melarikan diri ke Yaman, di mana Jabir dibesarkan dan mempelajari Al-Quran, matematika, dan mata pelajaran lain. Profesi ayah Jabir mungkin telah memberikan kontribusi besar terhadap minatnya dalam alkimia.

Setelah Abbasiyah berkuasa, Jabir kembali ke Kuffah. Dia memulai karirnya dan melakukan praktek kedokteran, di bawah perlindungan dari wazir) Khalifah Harun al-Rasyid. Tahun 803, Jabir ditempatkan di bawah tahanan rumah di Kufah, di sana ia tinggal sampai kematiannya.

Proses Destilasi (Penyulingan)

Distilasi (penyulingan) adalah sebuah proses kimia yang dilakukan untuk memisahkan suatu komponen dari campurannya, yang dapat berupa larutan cair-cair dimana karakteristik dari campuran tersebut adalah mampu bercampur dan mudah menguap. Selain itu, komponen-komponen tersebut mempunyai perbedaan tekanan uap, dan hasil dari pemisahannya menjadi komponen-komponennya sendiri atau kelompok-kelompok komponen. Karena adanya perbedaan tekanan uap, maka dapat dikatakan pula proses penyulingan merupakan proses pemisahan komponen-komponen suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Sebagai contohnya adalah, proses penyulingan larutan garam yang dilakukan di laboratorium. 


 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfBPI90nYeH6WCOXpGH8gEEz3d_Q01P3n_dlsm5MCVTR8yVhG1U16N1K3ifWKHoro-VvsCvQsENoLf9rb_jfP0DgUx4Kj2VfXhb9ph_p3KP1wRe16cCtZt2Dvfm74DDJKKwruR2fchfnM/s1600/pengertian+penyulingan.jpg
Larutan garam (NaCl) dimasukkan ke dalam labu, yang lalu pada bukaannya disumbat gabus dan dipasangkan termometer. Larutan garam di dalam labu dipanasi dengan menggunakan pembakar Bunsen. Setelah beberapa saat, larutan garam tersebut akan mendidih dan sebagian akan menguap. Uap tersebut akan dilewatkan kondensor, dan akan terkondensasi yang lalu akan ditampung pada gelas erlemeyer. Cairan pada erlemeyer merupakan destilat sebagai air murni. Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya, komposisi uap dan cairan berbeda.


Uap lalu akan mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan cairan akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila uap dipisahkan dari cairan, maka uap tersebut dikondensasikan, selanjutnya akan didapatkan cairan yang berbeda dari cairan yang pertama, dengan lebih banyak komponen yang mudah menguap dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan. Bila kemudian cairan dari kondensasi uap tersebut diuapkan lagi sebagian, akan didapatkan uap dengan kadar komponen yang lebih mudah menguap lebih tinggi dari yang sebelumnya, dan seterusnya.
 





CHEMISTRY AWH X.8


SMA A. WAHID HASYIM


Support design by: CHEMISTRY - MUMTAZ DKK :) :D